Mengumbar Pendengaran

Kisah #1

Semua orang pasti pernah mengalami hal ini. Berada di tengah-tengah, atau mungkin juga di ujung jauh, pertikaian dan adu mulut dari orang-orang sekitar. Meski nggak tau itu orang yg teriak-teriak siapa, nggak pernah kita tau, tetep bikin penasaran kan yang diperdebatkan apa? Apalagi yang orang-orang deket di sekitar kita, misalnya tetangga.

Entah ini kebiasaan orang Indonesia yang 'peduli' atau sifat natural manusia yang suka kepo aja, sih? Atau mungkin karakter bawaan cewek yang emang demen dengerin hal-hal yg bisa buat bahan nggosip?

Malam kemarin, saya main ke kosan teman yang ada di dalam gang. Nggak sempit-sempit banget sih, gangnya masih bisa dilewati dua mobil sekaligus. Kami bertiga lagi ngobrol-ngobrol gitu, trus denger sesuatu dilempar keras. Lalu denger orang teriak marah dan kata-kata kasar. Lalu muncul teriakan-teriakan yang saling timpal dan iringan kata-kata melerai "sudah.. Masyaallah, istighfar".
Kami berhenti ngobrol. Dengerin suara yang makin riuh. Seorang teman ngomong "Udah lah urusan rumah tangga oramg ngapain kita ikut ngurusin"

Yawdah deh ya, kami lanjut ngobrol. Tapi kayaknya antara omongan dan respon kami sering delay karena satu telinga sibuk dengerin, yang satunya lagi sibuk nguping. Nah, lho.
Akhirnya, kami bertiga memutuskan buat nguping aja mereka saling ngomong apa. Karena makin seru dan keras, kami pun nyoba buat ngintipin juga xixixi.

Kami terus mengumbar pendengaran biar makin jelas apa yang dimasalahkan. Topik obrolan kami pun jadi beralih tentang asumsi-asumsi, "Itu mungkin berebut ini", "Mungkin yang suara yang ngamuk ini pakdhenya", "Mungkin yang nangis ini ibuknya. Mungkin.."
Yaa kalo sudah begini muncul banyak "mungkin". Lalu saya berpikir kalau ada adu mulut begini kata-kata apa yang cocok buat melerai, gimana Cara yang pas biar keadaan berangsur tenang. Karena melerai pun, "sabar..istighfar" sambil menangis dan sedikit berteriak, juga bikin suasana makin panas Karena para  'pengumbar telinga' ini berasumsi ada pihak ketiga yang tersakiti.
Bahkan, nggak jarang juga para 'pengumbar' turut turun lapangan buat menenangkan keadaan.

Dikatakan pengumbar pun kadang juga nggak sepenuhnya Karena dengan 'mengumbar', malah bikin muncul rasa empati. Bisa juga jadi evaluasi diri kalau mengalami beginian nanti. Atau juga.. kira-kira apa tujuannya mengumbar pendengaran dari pertikaian begini?

0 komentar:

Posting Komentar